A. Latar Belakang Keroncong
Bangsa Indonesia memiliki kekayaan seni musik bersistim pentatonis (timur) dan bersistim diatonis (barat). Kedua-duanya menjadi dasar utama bagi kehidupan dan perkembangan seni musik di Indonesia. Musik keroncong pertama kali masuk di Indonesia di bawa oleh orang-orang Portugis pada abad XVI, diantaranya di Batavia terutama di daerah Penjaringan, Kampung Bondan, Roca Malaka, yang akhirnya meninggalkan bekas dengan adanya keturunan mereka disebut Indo Portugis atau Portugis hitam dikenal istilah “mardykers”. Musik yang sangat dibanggakan inilah disebut musik keroncong. Asal mula kata keroncong diterjemahkan dari bunyi alat musik semacam gitar kecil dari Polynesia (ukulele) menurut para peneliti itulah paling tepat.
Pada awalnya mereka bermain musik diatonis lagu-lagu aslinya memakai bahasa portugis bersifat sederhana dan mudah dinyanyikan. Sebuah lagu yang populer dalam bahasa itu berjudul ‘Moresco’. Moresco asal Portugis yang berlatar belakang budaya Islam orang Moor dari Afrika Utara. Memang banyak tema tentang kehidupan orang Moor yang diangkat dalam karya sastra dan musik. Moresco pernah tercatat dalam sejarah Eropa sebagai identitas budaya orang Moor yang pernah berakulturasi diwilayah selatan Spanyol dan Portugis. Tidak mustahil dalam pelayaran orang Portugis ke Timur melalui Goa, Malaka, Sunda Kelapa dan Maluku, Moresco turut terbawa hingga ke Batavia. Musik Keroncong kemudian menyebar di beberapa kepulauan Indonesia yang didatangi bangsa asing, kemudian setelah merasakan betapa kayanya bumi ibu pertiwi dan dapat dinikmati hasil alamnya, mulailah mereka memperluas kekuasaannya sebagai penjajah diantaranya. Bangsa Portugis pada tahun 1522 masuk di pulau Ambon dan Ternate, VOC Belanda tahun 1602-1799. Inggris pada tahun 1811-1826. Belanda kembali menjajah tanah air tahun 1619 hingga perang kemerdekaan, dan akhirnya tentara Jepang masa pendudukannya tahun 1942 – 1945.
B. Istilah Keroncong dan Keberadaannya.
Musik keroncong dapat dijadikan sebagai identitas musik bangsa Indonesia, karena mempunyai kekhasan tersendiri yang tidak dipunyai oleh jenis musik lainnya. Disisi lain perubahan bentuk musik keroncong dengan keanekaragaman budaya dan perkembangannya di Indonesia keberadaannya sangat dipengaruhi kebijakan para penguasa saat itu, mulai dari zaman penjajahan sampai masa perang kemerdekaan. Beberapa istilah keroncong yang sering disebut masyarakat ialah musik keroncong, lagu keroncong, irama keroncong. Arti kata istilah itu masing-masing mempunyai pengertian berbeda-beda. Sebagai contoh arti dari musik keroncong ialah jenis musik khas Indonesia hidup dan berkembang di tanah air.
Orkes Keroncong Nada 16 Tegal Rejo DIY (Foto Dok:Wisnu. M)
Berbagai pendapat tersebut diatas telah dikemukakan tentang musik ini. Sementara ada yang berpendapat bahwa musik keroncong berasal dari negara Portugis, ada pula menyatakan bahwa musik keroncong merupakan kesenian asli bangsa Inonesia. Selanjutnya berkembang pendapat lain menyatakan bahwa musik keroncong adalah hasil pembauran antara musik barat dan timur, yaitu dari hasil persilangan antara kebudayaan bangsa portugis dan kebudayaan Indonesia. Keanekaragaman pendapat ini menjadi salah satu topik menarik bagi pembahasan tentang musik keroncong.
Musik keroncong memiliki dinamika dalam perkembangannya. Kalau ingin membicarakan perkembangan musik keroncong harus menyinggung dan mengaitkannya dengan sejarah perjuangan bangsa dalam melawan penjajah, karena perkembangannya tergantung pada penguasa saat itu, hingga sampai masa kemerdekaan Indonesia. Dalam hal ini tidak perlu mempermasalahkan antara barat dan timur oleh karena proses pembauran itu terjadi oleh hubungan politik, perdagangan dan perang kolonialisme terjadi di Indonesia. Selain itu kadang-kadang tidak mudah untuk menyatakan sesuatu gejala itu adalah budaya asli timur dan barat. Dengan demikian secara tidak langsung dalam bidang musik pembauran itu berimbas pula pada musik keroncong yang dikenal beberapa istilah sebagai berikut.
1. Musik Keroncong
Musik keroncong adalah orkes dengan iringan alat-alat instrumen keroncong. Dahulu pertama kali alat-alat musik dipakai orang-orang Portugis mempergunakan 1 ukulele, 1 mandolin, 3 gitar, 1 biola dan masing-masing 1 alat perkusi trianggle dan tamborine. Saat ini musik keroncong terdiri dari tujuh macam alat musik yaitu, flute, biola, gitar, ukulele, banyo (cak), cello dan bass secara terperinci fungsi masing-masing instrumen dikemukakan sebagai berikut.
Instrumen flute dan biola berfungsi sebagai pembawa melodi dan memainkan nada-nada isian (Filler melodi dan filler harmoni) berdasarkan pakem keroncong. Instrumen gitar memainkan nada-nada arpeggio. Permainan nada-nada gitar dikenal istilah banyu mili peranan instrumen ini selalu berbunyi mulai dari awal hingga akhir, diselingi juga oleh nada-nada melodi baik sebagai instrumen pengiring (Compagnement) maupun bagian pembukaan lagu (introduksi). Alat musik ukulele berfungsi alat pengiring yang dipetik secara arpeggio atau dengan akord. Ukulele berdawai 4 dan berdawai 3, masing-masing disebut ukulele in A dan ukulele in E. Instrumen petik berfungsi ritmis disebut instrumen banyo (cak). Dalam lagu keroncong asli dan stambul, ia memainkan nada-nada akord, sedang pada langgam jawa dimainkan secara arpeggio. Cello berfungsi sebagai alat pengatur ritmis, berfungsi untuk mempercepat dan memperlambat tempo permainan lagu. Cara memainkan cello dipetik dikenal istilah teknik pizzicato. Bass sama halnya dilakukan pada instrumen cello, berfungsi memainkan nada-nada pokok akord lagu. Pada prinsifnya cello dan bass termasuk keluarga alat musik gesek yang dipetik jari-jari tangan kanan dengan dawai terbuat dari nilon atau kulit.
Musik keroncong ini mengalami perkembangan dipulau Jawa di abad XX disaat perkembangannya dipengaruhi musik tradisional setempat, berpusat di Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Surakarta dan Surabaya. Saat mulai perkembangannya di Jawa tengah dipengaruhi oleh instrumen gamelan, pada akhirnya dikenal istilah “langgam” keroncong dengan tangga nada dan ritme diangkat dari unsur nuansa musik tradisional Jawa, dengan syair lagu berbahasa Jawa. Apabila musik keroncong memainkan lagu langgam, maka masing-masing fungsi instrumen mengikuti tangganada pentatonik laras selendro laras pelog seperti meniru instrumen musik pada gamelan. Dalam permainan langgam pada prinsifnya peranan instrumen musik barat menggantikan fungsi instrumen gamelan seperti yang dikemukakan berikut ini.
Instrumen flute mewakili suling, intrumen biola mewakili rebab. Selanjutnya gitar berfungsi mengambil alih peran gambang dan gender penerus. Instrumen ukulele dan banyo berperan sebagai alat musik siter, bonang barung dan bonang penerus. Cello berperan menggantikan kedudukan kendang bisa dalam irama ciblonan atau kotekan, sedang bass memainkan peranan gong dan kadang-kadang juga sebgai kendang bem (kendang besar).
Opera Stambul komedi bangsawan ciptaan August Mahieu yang digelar pertama kali di Surabaya pada tahun 1891 koeksistensi secara tematik dengan Singspiel Jerman Die Entfuhrung aus dem Serail ciptaan Wolfgang Amadeus Mozart di Vienna pada tahun 1782. Koeksistensi dari dua kultur dan kurun yang berbeda dapat terjadi karena sama-sama terinspirasi eksotisme musik istana pasukan pengawal kesultanan Ottoman Turki. Musik parodial yang digunakan dalam opera stambul sebagai overture maupun entr’acte tetap bertahan hingga kini sebagai lagu stambul, meski tidak sepopuler lagu keroncong asli dan langgam yang beruntung memiliki bapak asuh yaitu Kusbini dan Gesang telah melahirkan serta membesarkan mereka. Memang menjadi aktor stambul tidaklah mudah, karena harus mampu sekaligus bernyanyi, berimprovisasi, menari, melawak, dan menghibur, profesi yang sulit diperankan. Sebagai inspirasi berbagai sumber budaya Hybrid yang dilebur menjadi suatu identitas tersendiri keroncong stambul di Jawa timur dimulai perkembangannya disaat munculnya teater rakyat komedi stambul mengunakan lagu-lagu keroncong di panggung pertunjukan dalam acara selingan maupun bagian dari cerita drama itu sendiri. Dari sinilah pertama kali keroncong jenis stambul diperkenalkan masyarakat Jawa timur sebagai seni pertunjukan Indonesia.